Rabu, 22 Desember 2010

The Best of Us - Fransisca

Mulai besok untuk menghadapi final exam gak ada ekskul. Kalian harus belajar yg giat yaaa! Gluck
From: Reno

Setelah dapet jarkom dari Reno aku sungguh tenang. Sebelumnya aku memikirkan gimana sikapku didepan Reno setelah dia mengantarku pulang. Singkat cerita setelah kejadian itu terjadi beberapa awkawrd moment diantara kita berdua. Dia nge-add pinku, yang sebenernya aku males kasihnya, dia juga ngajak aku nonton Narnia, yang dia tau aku ngga ngikutin sama sekali,pernah dia ngasih aku minum sehabis latihan basket.
Sebenernya dari sejak pertemuan pertama sama dia (lagi) aku udah mau keluar dari ekskul basket. Mending ikut ballet deh yang isinya cewe-cewe tukang gossip semua, dari pada ketemu Reno. Maksudku aku bukannya belom maafin Reno tapi Reno semakin annoying karena ngganggep aku masih suka sama dia. Naruh harapan aja engga, masa dibilang masih suka. Hello, ini udah 2010 kaleee bentar lagi 2011 sikap Reno yang suka geer itu belum juga hilang.
Giu yang dari awal ngga suka dengan keberadaanya Reno gencar banget ngajak aku keluar dari basket. Aku juga sama sekali ngga ngerti peraturan-peraturan basket. Yang bener aja dong aku gitu, main bulutangkis aja engga bisa. Paling eeew deh sama y ang namanya olahraga. Kalo tweeting dianggep olahraga mungkin itu satu-satunya olahraga yang aku bisa.
Seharusnya aku ada di rumah dan belajar math and chemist. Tapi sekarang aku ada di rumah Giu sambil menonton DVD P.S. I Love You. Aku ijin sama ibu buat belajar bareng di rumah Giu, tapi karena kami berdua udah stres tingkat dewa akhirnya memutuskan nonton DVD. Orang tua Giu pergi ke luar negri untuk urusan bisnis yang mendesak. Di rumah, Giu dititipkan sama Timo. Bayangin dong bukannya kebalik ya Timo yang dijagain Giu. Kalian tau, Giu bilang padaku Timo itu selalu tidur dibawah jam 10 malam. Katanya untuk menjaga kesehatan kulitnya.
Well, kalian doain aku aja ya biar besok bisa menghadapi final exam. Karena sejujurnya aku sama sekali belum siap. Aku juga belum mempersiapkan alat tulis dan papan untuk besok. Lebih baik sekarang aku menikmati sisa hari ini dengan menonton DVD. Tiba-tiba ada yang menghampiri aku dan Giu.
“Hei, Fra.” Sapa Timo ramah.
“Ha?? Hei, Kak.” Balasku malas-malasan.
“Gue ikut nonton ya, di luar sepi. Takut.” Sambungnya.
OH GOD Timo selalu datang disaat yang tidak tepat!
Setelah Timo gabung bareng Giu dan aku, ia justru lebih terlihat friendly dan benar-benar berbeda dari sebelumnya. Mungkin gara-gara dia beneran takut. Di luar ujan dan petir menyambar-nyambar rumah Giu yang banyak barang-barang antiknya ini bener-bener jadi seserem rumah hantu di dufan (well, gak seserem itu juga sih).
*bunda calling*
“Hey, mom?”
“MAU PULANG JAM BERAPA! I KNOW YOU DIDN’T STUDY THERE!”
“Chill out, mom. Bentar lagi aku pulang kok.”
“OK, I PICK YOU NOW!”
“NO NO, MOM! Aku dianter Giu!”
“GAUSAH TERIAK FRANSISCA, I CAN HEAR YOU!”
“OKAY! BYE! LOVE YOU!”
“LOVE YOU MORE!”
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Untung tadi siang udah ngerti logaritma dan kawan-kawan. Pulang ke rumah aku udah siap tidur ini. Cape banget seharian main bareng Giu dan Timo(ew).
“Siapa? Your mom?” tanya Timo yang dari tadi memperhatikanku.
“Yeah, you know she’s worrying ‘bout me.”
“Haha, no wonder. Anaknya yang cantik di luar rumah jam segini.”
“Sorry, Tim. I can’t hear you. What did you say? Ada thunder tadi.”
“Uhm, nothing.”
Tidak jauh dari kami ada Giu, dia menatapku penuh arti.
“What?”
“Nothing hahaha.”
“There must be something. Yuk, anterin gue pulang.”
“Tim, can you drive Fra home?”
“Hmm. Sure.”
Wait! What? Aku dianter pulang Timo? Mau diinterogasi apa sama Bunda! 20 menit berikutnya kita udah sampe di depan rumahku. Ujannya gede banget. Mau suruh Timo cepet pulang juga ngga enak. Apa boleh buat aku ajak dia masuk kedalam.
“Mom? Are you there?”
“Are you going to introduce me to your mom?”
“Iya as kakak senior yang nyebelin.”
“I drove you home!”
Aku mulai ga peduli dengan keberadaan Timo. Ada suara berisik dari ruang keluarga. Kayaknya bunda lagi pada nonton deh. Aku memasuki ruang keluarga. Celaka dua belas di ruang keluarga ternayata ada om dan tante serta saudara sepupuku dan juga Mas Davis kakak laki-lakiku. Mas Davis itu sekolah di Prancis. Dulu dia maunya dipanggil Ko Davis, sekarang maunya dipanggil mas biar Indonesia sekali. Mentang-mentang di negri orang rasa nasionalisnya tinggi. Sekarang dia lagi libur Natal dan tahun baru jadinya pulang ke Jakarta.
“Mom, I’m home.”
“Yaaa, I can see you.” Kata bunda seraya menghampiriku.
“Ça fait longtemps qu'on ne s'est pas vu. Maintenant, vousramener à la maison garçon.”1
“Long time no see, mas! I miss you very much!” kataku sambil memeluknya.
“Ma petite sœur est grandissant. Elle a déjà un petit ami.”2
“Non, je ne suis pas son petit ami.”3 Balas Timo yang dari tadi dia disampingku.
“Wow, you can speak in French!” kata mas davis seraya menghampiri Timo.
“Yeah, sure i can. Hahaha. Mon nom est Timo4, nice to meet you.”
“Nice to meet you too. Si vous êtes son ami, je ne suis pass'inquiéter5”
Great sekarang kedua cowok didepanku ini ngomong pake bahasa alien yang aku ngga ngerti. Mereka berdua langsung terlihat akrab dan herannya mereka punya banyak kesamaan.
“Fra, go to your room now! Continue study math.”
“Ugh, okay mom.”
“De bawa aja sini matnya belajar bareng sama Timo.”
“Ha? Grade eleven kan gak ulangan?”
“C’mon, Fra. I can teach you.”
WHAT? WHAT DID HE SAY? I CAN TEACH YOU? Hello, amnesia kali dia. Dia itu udah nolak mentah-mentah permintaanku buat wawancara dia. Sekarang mau ngajarin. Gak salah denger?
“I think Mas Davis can teach me. You better go home. I think Giu is waiting for you.”
Itu kalimatku yang terakhir untuknya hari ini. Aku langsung lari keatas. Dia pikir aku lupa apa gara-gara dia dahiku sakit, gara-gara dia aku terancam dapet nilai jelek karena gak mau diwawancara. I think he’s getting more annoying gara-gara diaudah kenal sama keluargaku bukan berarti langsung bikin dia baik dimataku. Huh, I better go to sleep right now.

1. Long time no see. Now, you bring boy home.

2. My little sister is growing up. She already has a boyfriend.
3. No, I’m not her boyfriend.
4. My name is Timo.
5. If you are her boyfriend I'm not worry.

Kamis, 09 Desember 2010

The Best of Us - Giusepina

I hateee kak reno si coach basket gk becus. Jelas-jelas aku enggak ikut klub basket tapi dia berani-beraninya menghukum aku buat lari lapangan. Mending larinya cuma 1x lapangan, dia malah nyuruh 10x lapangan. Gk tau apa kalo lapangan di sekolah bergengsi kayak La Madie gini sangat teramat besar. Aku heran kenapa sekolah sebagus La Madie bisa mengizinkan si reno coaching basket di sini. Memangnya enggak ada coach yang lebih bagus dari dia. Kayaknya banyak deh ya. Untung aja si Fra udah putus ama dia. Benar saja kalo aku bilang biarpun Timo super ngeselin sok cool gitu tapi dia jaaauuuuhhhhh banget lebih mending daripada si Reno. Apa coba lebihnya Reno sampe Fra bisa suka sama dia. 

Gk cuma sampe di situ aja kekesalanku. Tapi waktu sampai di rumah aku dikasih tau mama kalo mama sama papa akan berangkat ke London karena ada urusan. Dan mereka gak ngebiarin aku tinggal di rumah sendirian sama Mbak Siti + Pak Eko. Dan akhirnya mereka suruh Timo tinggal di rumahku untuk sementara waktu karena ternyata orang tua Timo juga akan pergi ke London bersama mama dan papa. Kenapa dewi keberuntungan gak pernah berpihak ke aku sih?

Sore hari Fra nge-BBM aku. Dia nyeritain semua yang dia alamin waktu pulang sekolah. Tiba-tiba bel rumahku berbunyi. Dan ternyata oh ternyata itu adalah si Tim-Tim. He moves to my house this evening. Barang bawaannya banyak banget udah kayak mau pindah rumah aja. Kata mama dia akan tidur di kamar tamu. Aku langsung inget ama BBM Fra. Aku langsung nyamperin Timo.
"TIMO!!! Kenapa lo sering bikin Fra kesel? Ckckck lo caper ama Fra ya? Suka ya?" sambarku langsung.
"APA?? Kuping gw jadi budeg sekarang. Sejak kapan gw suka ama Fra?" jawabnya.
"Abis lo suka banget bikin Fra kesel. Caper banget sih lo."
"Siapa yang bikin Fra kesel hah? Dia sendiri aja yg sering kesel sendiri tanpa alasan"
Tiba-tiba mama dateng.
"Tante," sapa Timo dengan sok ramah. Jelas banget kalo itu cuma dibuat-buat.
"Hi Tim. Papa mama kamu udah siap kan. Sebentar lagi kita akan ke airport," balas mama.
"Udah kok tan. Mereka udah nunggu di rumah"
"Ma, aku boleh ikut nganterin gak?" aku gak mau ditinggal di rumah sama Timo -_-
"Gak usah sayang. Besok kan kamu sekolah. Baik-baik ya di rumah. Timo, jagain Giu ya. Mama pergi dulu ya Giu"
"Hati-hati di jalan ya ma," balasku.
Setelah itu aku berbalik ke Timo, "I'll be back!!! Pembicaraan kita belom selesai"
"Ya ya whatever. Suka-suka lo deh," balasnya.
Akhirnya mama dan papa pergi menjemput orang tua Timo untuk pergi ke airport bersama-sama. Gak berapa lama tiba-tiba bel rumahku bunyi lagi. Siapa sih yang dateng malam-malam gini?

Tiba-tiba...
"Non, ada Den Oliver Non," lapor Mbak Siti kepadaku.
"Dia mau nyari Timo kali mbak"
"Nggak kok Non. Wong Den Oliver sendiri toh yang ngomong mau ketemu Non Giu. Tapi Den Timo juga udah di ruang tamu sama Den Oliver"
Akhirnya mau gak mau dengan malas-malasan yang super malas aku pergi ke ruang tamu. Di sana aku sudah menemukan Oliver dan Timo udah ngobrol. Abis ngeliat itu aku langsung balik badan mau balik ke kamar. Tapi...
"GIU!!!" Oliver mengetahui keberadaanku.
"Apa?" Balasku berusaha sinis.
"Mau ke mana?"
"Mau ke kamar. Kenapa? Gak suka?"
"Yaaahhhh. Gw udah susah-susah dateng ke sini"
"Emg lo mau ngapain sih?"
"Ngobrol-ngobrol aja"
"Udah ngobrol ama Timo aja," aku langsung balik badan sudah berniat buat balik ke kamar.
Tapi, tiba-tiba ada yang menahan tanganku...