Kamis, 11 November 2010

The Best of Us - Fransisca

“Belom pulang?” tanya seseorang di belakangku.

“Ujan.” Jawabku tampa menoleh kepada yang bertanya.

Sore ini aku baru pulang latihan basket, well sebenarnya aku gak mau ikut ekskul tapi Ma’am Maria memasukkanku ke ekskul ini. Mungkin Ma’am Maria tidak tahu kalo aku drible bola aja ga bisa. Sebelum Reno masuk menjadi coach, belum banyak anak kelas 1 yang minat dengan basket. Sejak Reno masuk jadi coach, semua berbondong-bondong masuk. Mereka belum tau dalemnya si Reno aja. Blah.

“Yuk, pulang bareng.” Dia lalu menarik tanganku.

Sebelum aku menepis tangannya, ada seseorang datang dari belakang dan menarik tangan kiriku.

“Sorry, coach. Dia sama gue.” Kata Timo.

HA? TIMO? KOK DIA BISA ADA DISINI?

“Oh ya? Emang bener, Fra?”

Aku yang bingung mau menjawab apa hanya mengangguk tanda setuju.

“Oh gitu ya, Fra? Saya duluan deh kalo gitu.” Kata Reno dengan nada kecewa.

Sebenarnya aku jadi merasa bersalah dan gak enak sama Reno. Apalagi sekarang Timo masi menggandeng tangan kiriku.

“Lepasin tangan gue, ngapain dipegangin terus.”

“Lo yang duluan megang tangan gue ya!” Aku langsung menepis tangannya.

“Ayo cepet deh pulang! Mau gak?” tukasnya.

“GAK MAU! ORANG LO DULUAN YANG GANDENG GUE!” teriakku kesal.

“YAUDA SIH! GOSA TERIAK JUGA KALE!”

Saking kesalnya aku sama Timo hampir aku lempar tas basketku yang beratnya sepertiberas 5kg kemukanya. Gara-gara Timo dan aku teriak tadi semua orang langsung melihatku heran. Ini bukan sinetron gak mutu yang sekarang banyak di tv lokal, ini real Timo yang antagonis ada di dunia ini beneran. Seharusnya aku gak usah nolak tawaran Reno tadi. Aku berubah pikiran sekarang, se-jerknya Reno he is better than Timo.

Setelah kutinggalkan Timo sendiri, aku langsung berlali menerobos hujan menuju parkiran untuk menyusul Reno yang kurasa belum jauh. Mobil Reno masi terpakrir, kurasa dia menunggu sesuatu karena mesin mobilnya sudah hidup namun ia tidak beranjak dari situ.

“REN! Ren! Sorry gue bisa nebeng gak?”

“Sure, sini masuk aja.”

Reno membukakan pintu sebelah kiri untukku. Aku masuk dengan badan sedikit basah karena berlari menerobos hujan.

“Sorry, Ren.”

“That’s ok, Fra.”

Dia lalu menjalankan mobil keluar dari lapangan parkir Lamadie yang kurasa seluas lapangan bola ini.

“Rumah lo masi sama kan? Hahahaha.”

“Menurut lo? Hahahaha.”

“Sorry gue Cuma mau nanya. Lo sama Timo ada hubungan apa?”

“Well, dia itu sepupunya temen gue. Itu doang, gak lebih. And by the way, Giu temen gue dari club fotografi itu sebel sama lo. Dia kesel gara-gara lo suru dia lari. Hahahaha!”

“Really? Hahaha. Yauda tar lo tunjukkin dia, gue mau minta maaf deh.”

2 menit berikutnya kami hanya berdiam, suasana di mobil benar-benar menakutkan. Hujan tambah deras banyak petir dan lebih parahnya banjir. Kawasan Lamadie mugkin gak banjir, tapi jalanannya itu yang banjir. Ditambah macet ibu kota di saat hujan seperti ini bikin tambah emosi. Namun sifat Reno yang sabar belum juga berubah dari dulu. Dengan sabarnya dia mengemudikan mobil menuju rumahku. Satu jam berikutnya aku sudah ada di depan rumah.

“thank you ya, coach Reno. Hahaha”

“Anytime, Fra.”

Saat aku mau keluar dari mobilnya, sekali lagi dia menahannku. Langsung aku tepis tangannya agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

“Hmm sorry. And Fra gue mau minta maaf.”

“Soal apa?”

“Yang lalu-lalu, gue yakin lo tau maksud gue tadi,” lanjutnya “Jadi gini,...”

“Gosa lo jelasin deh, Ren. Gue maafin kok.”

“Really?”

“Really.”

“Fra, please answer this. Do you forgive me wholeheartedly?”

“Hmm, yes.”

Sebenarnya dalam benakku sendiri aku juga masi bingung sih. Do I forgive it or just forget it? Mungkin jawabannya hanya aku dan Tuhan yang tahu.

Senin, 01 November 2010

The Best of Us - Giusepina

Wheewww!!! Minggu ini tuh minggu yang sangat melelahkan, membingungkan, dan misterius. Minggu ini aku beneran masuk klub fotografi yang memang sudah aku incar tapi kubatalkan gara-gara ada si Oliver tau aku akan masuk situ dan jadinya mengambil ekskul ganda yaitu basket dan fotografi. Ini gara-gara klub majalah yang tadinya kumasuki penuh dan aku dilempar ke klub fotografi . Aaahhhh. Kenapa hidupku dipenuhi dengan oliver oliver dan oliver? Gak itu aja ya. Minggu ini juga ketauan klo kak Reno pelatih basket yg baru which is pelatihnya si Tim-Tim itu mantanya fra. Shock banget parah. Menurutku mendingan si Fra jadian ama Tim-Tim daripada kak Reno. Kan lebih cocok hehe.

Ternyata si Fra masuk ekskul basket sama Tim-Tim + Oliver :O kaget banget d. Hari ini ada ekskul jadi semuanya siap-siap. Karena basket + fotografi waktunya barengan si Oliver ikutnya selang-seling. Minggu ini basket dan minggu depan fotografi. Begitu terus. Aku pun mulai bersiap-siap. Hari ini anak-anak ekskul fotografi boleh foto apapun. Jadinya aku segera ke lapangan basket.

"FRAAA!!!!", panggilku
"Hi Giu!!! Kok bisa sampe sini?"
"Hari ini boleh foto bebas sih. Gw foto lo aja ya"
"Ahh jadi malu. Gw jadi salting wkwkwk"
Tiba-tiba si Tim-Tim + Oliver nyamperin
"Hi! Did u miss me?", Oliver kepedean
"Hah? Gk slh? Lo kali yg kangen ama gw"
"Gw masih nunggu jawaban lo loohhh"
"Hmm nanti-nanti aja deh ya"
"Ngapain lo ke sini?", tanya Tim-Tim dengan tampang yang super gak nyantai
"Suka-suka gw kali mau ke mana aja. Emang sekolah punya nenek moyang lo? Klo iya berarti punya nenek moyang gw juga"
"Gak jelas deh lo"
"SUKA-SUKA. Lgan lo ngapain cb JB JB d sini hah?"
"...." Tim-Tim gak bisa ngomong.

PRRIIIITTTT peluit si ex-boyfriend nya Fra menandakan mereka harus ngumpul dan aku ditinggal sendirian. Jadilah aku foto-foto anak-anak klub basket. Kasian Fra. Dia terpaksa masuk ekskul basket gara-gara disuruh guru karena dia gak punya ekskul. Padahal di situ ada Timo + kak Reno yg dia benci.

Tiba-tiba entah kebetulan atau enggak waktu aku lagi foto-foto tiba-tiba kameraku menangkap Oliver. Dia lagi nengok ke arahku.
"Giuuu!!!!"
"Apa lo? -.-"
"Gw tau lo tadi foto gw. Ngefans ya? Gw ganteng ya?"
"EW berharap banget lo"
Tiba-tiba Fra nimbrung "ciiiieeeee Giu. Gw gk nyangka. Udh terima aja"
"Hiiihhhhh", balasku. Semua anak basket memandang ke arahku. Mukaku berasa panas.
"Ahh berisik banget sih lo. Dateng-dateng bikin rusuh mending lo pergi deh.", Timo nimbrung
"SUKA-SUKA", balasku
Tiba-tiba dari belakang Timo, "heh!!! Kalian berisik banget deh. Sekarang kalian ber 4 lari 10 kali lapangan!"
Timo yang gak tau langsung jawab, "apa sih sok ngatur-ngatur deh."
"TIMO. Kamu lari 15 kali lapangan atau saya keluarkan dari tim", suara kak Reno menggelegar.
Timo langsung balik badan dan langsung melihat kak Reno yang mukanya udah super bete. Tiba-tiba aku langsung nyadar ada sesuatu yang janggal dari perkataan kak Reno. Dia bilang ber 4? Jelas-jelas yang ikut klub cuma Fra, Timo, Oliver. 1 lagi siapa?
"Kak yang 1 lagi siapa? Katanya ber4?" tanya Oliver.
"Tuh kamu yang disitu juga harus ikut lari." kata kak Reno sambil menunjukku.
"Hah? Saya? Saya kan gak ikut basket." balasku. "Kamu memang gak ikut basket tapi kamu bikin rusuh. Sana lari atau saya laporkan ke pembimbing fotografi"

Kita ber 4 langsung lari keliling lapangan. Ternyata kak Reno emang bener-bener nyebelin. Aneh Fra bisa jadian sama si RenRenoRese. Ternyata si RenoRese lebih nyebelin daripada Tim-TimTimo.
"Ah gara-gara lo kan Giu", Timo ngedumel.
"Yeh siapa yang suruh lo ikut-ikut nimbrung? Gak ada kan? GAK ADA", balasku.
Timo gak bisa jawab apa-apa.
"Aduh gila 10 kali lapangan tuh jauuuuhhhhh banggggeeeeetttttt", kata Fra
"Serius Fra? Aduh mana kuat gw", kataku
"Tenang Giu. Kan ada gw. Lo pasti kuat. Kan I'm your mood booster", kata Oliver sok pede.
Ya ya ya Oliver apa kata lo deh balasku dalam hati karena udah males bales Oliverpedemodeon.