Senin, 10 Oktober 2011

The Best of Us - Giusepina

Aku berharap dengan sangat di kelas 11 di La Madie sekarang ini tugasnya gak banyak. Tetapi apa yang kami dapatkan?? PR yang tingginya segunung Everest. Dan oh my God nya lagi, sekarang gak cuma PR pelajaran aja yang diberikan. Tetapi juga PR ekskul. Ekskulku pun gak mau ketinggalan. Mereka menyuruh setiap anak mengadakan photo shoot bersama model pilihan mereka masing-masing. Padahal tahun sebelumnya ekskul fotografi gak pernah diberikan tugas apapun. Tapi sekarang? Rasanya tuh sok banget. Padahal pegang kamera aja kayaknya gak becus. Mana harus cari model pula. Siapa yang bisa? Lebih tepatnya siapa yang MAU jadi model photo shoot ku?

Setelah dipikirkan dalam jangka waktu yang lama yang rasanya bak jutaan tahun aku mendapat ide untuk menawarkan Timo untuk jadi modelku. Aku langsung nyamperin dia di kantin. Masa sih dia gak mau?
"TIM!! Baik deh!" sapaku.
"Hmm?" jawabnya
"Ih jawab yang panjangan kek."
"Gw tau lo ada maunya kalo manggil-manggil udah pake pujian"
"Kok tau sih? Hehehe" jawabku sambil tersenyum semanis mungkin.
"Mau apa sihh??"
"Lo mau gak jadi model gw? Buat tugas ekskul fotografi nih. Ayolah bantuin gw." langsung saja ke perkara. Di ujung mata aku melihat Oliver yang dari tadi memang berada di kantin mulai nguping. Atau cuma aku yang kegeeran kalo dia nguping? Ah sudahlah.
"Gak mau ah. Kenapa harus gw?"
"Hmm karena... Pertama, lo tuh sepupu gw. Masa sih lo gak mau bantuin sepupu lo ini? Kedua, lo kan keren tuh. Susah tau cari model keren. Ketiga, nilai ekskul gw bergantung pada lo!"
"Apa hubungannya sama gw sepupu lo? Kalo masalah nilai sih itu kan urusannya sama usaha lo"
"Aduh Timo. Masa sih lo tega? Kalo bukan lo siapa lg?"
"Siapa kek. Temen lo?"
Aku tau kalo "temen" yang dimaksud Timo adalah Fra. "Aduh gak ada yang sepas sama lo deh Tim. Ayolah. Lagian di rumah aja kok gak dimana-mana"
"Ahh elo! Ya udah deh. Kapan?"
"Ya kapan kek. Lo bisanya kapan?"
"Besok aja abis gw ekskul basket"
"Okay. Eh btw, besok Fra ikut lo ya? Gak apa-apa kan? Dia mau bantuin gw. Gak keberatan kan?"
"Gak" jawabnya singkat.
"See ya brother, hehehe"
"Huh lo kalo ada maunya aja panggil-panggil gw gitu"
Kulemparkan senyum terima kasih termanisku dan langsung pergi dari kantin tanpa melirik Oliver sedikitpun.

"Fra, besok ya!" semburuku saat bertemu dengan Fra.
"Ngapain?"
"Photo shoot lahh. Ngapain lagi?"
"Lah? Besok kan gw ekskul. Gimana bisa coba?"
"Udah nebeng Timo aja. Udah gw bilangin kok"
"GIU! Ngapain sih??"
"Ah udahlah Fra jangan dipikirin. Timo aja gak mikir pas gw bilangin"
"Masa? Lo aja kali yang gak liat?"
"Ih suer berani disamber geledeg deh," jawabku sambil memberikan tanda peace.
"Gw gak yakin"
"Ya udahlah. Gak usah dipikirin. Yang penting besok lo bantuin gw"

Camera check! Set check! Lightning chech! Wardrobe check! Make up check! Tinggal modelnya. Ekskul basket selesai pukul 6. Jadi mereka sudah akan sampai paling lambat jam 6.30. Ini baru jam 5. Tapi semuanya sudah siap. Tepat seperti dugaanku, Fra dan Timo sampai pukul 6.28. Whew untung mereka betul-betul datang. Tadinya aku udah meragukan mereka bakal datang atau gak. Abisnya dari tampangnya tuh kayak males-malesan.
"Ahh akhirnya dateng jugaaa" kataku lega.
"Eh lo kira acara TV" sembur Timo.
"Itu kan udah lama acaranya. Ayo kita mulaiii" jawabku.
"Tunggu gw mandi dulu" balas Timo
"Ya udah gih sana. Lo juga Fra mandi dulu"
"Ih males. Lagian gw gak bawa baju" jawab Fra.
"Ah baju di kamar gw ada. Ambil aja. Sana cepetan gw tunggu di sini. Sana sana. Lagian lo berdua udah keringetan gitu. Please deh"
Akhirnya Fra dan Timo langsung naik dan mandi. Kayaknya mereka udah gak tahan sama omonganku yang panjang lebar. Lebih baik cari jalan aman dengan langsung menuruti perkataanku.

Akhirnya 20 menit kemudia kita ber 3 udah stand by di ruang tamu memulai photo shoot. Fra mengatur wardrobe si Timo. Timo diam saja walaupun mukanya udah menunjukkan ketidak setujuan dengan style yang dipilih. Dia baru complain pas di set.
"Aduh ini kenapa kayak gini sih? Gerah tau"
"Ih ya udah sih bentar doang. Ini AC udah dipasang. Elo kali mandinya gak bener. Klo mandinya bener pasti gak akan gerah kale"
"Tapi ini panas banget sumpah"
"Ya udah kita mulai aja biar cepet selesai juga"
JEPRAT! JEPRET! CRECK! CRECK!
"FRA!!" panggilku.
"Hah? Apaan? Nyante aja kale. Gw disamping lo dan gw belom budeg"
"Ganti baju gih!"
"Hih ngapain?"
"Ini kurang sinkron gitu. Butuh ceweknya. Lo ganti sana. Udah gw siapin"
Fra dan Timo diam seribu bahasa.
"Aduh cepetan please"
"You owe me a LOT" balas Fra sambil berbisik namun tetap ganti baju. Setelah itu ia langsung masuk set dan berbaur dengan Timo.

Gak kerasa udah 30 menit.
"Almost done"
"Woy gue udah ganti baju 7 kali. Emang masih belom dapet yang bagus?"
"Gw butuh yang banyak Tim. Lagian tadi tuh lo gayanya lagi gak kece"
"Amatir deh lo, Giu. Gw gak pernah gak kece"
Tiba-tiba... JREK! Lightning yang kusiapkan mati. Lho ini kenapa ya? Aku langsung beranjak ke lampu yang sudah kusiapkan.
"Eh gw gak ngerti. Kita pindah ke taman aja ya. Kan lebih terang"
"Terserah lo deh Giu. Asal cepet. Bisa mengkeret nih gw" jawab Fra.
"Sana duluan, gw mau ambil barang-barang yang diperlukan dulu"
"Okay"

Timo dan Fra langsung ke taman belakang. Aku sudah membayangkan nilai ekskulku yang pasti akan tinggi jika aku mengumpulkan semua hasil photo shoot hari ini.
GEDUBRAK! Tiba-tiba aku jatuh... Malu banget. Untung gak ada yang liat pikirku. Belum 1 menit aku berpikir begitu...
"Kenapa sih lo sering banget jatoh?"
Sebuah tangan terulur untuk membantuku berdiri. Tapi tidak kugubris. Langsung kubereskan barang-barang yang terjatuh dan beranjak ke taman tanpa membalas maupun menoleh sedikitpun. Dari sudut mataku masih terlihat ia mengikutiku dari belakang. Sesampainya di taman...
"Giu! Lo ngajak dia?" tanya Timo dengan tampang keheranan.
"Ya enggaklah" jawabku.
"Lah terus dia kenapa bisa disini?" tanya Fra.
"Hmm. I hear you. Kenapa gak nanya langsung?"
"Karena males," jawab Fra. "Tapi kok lo bisa sampe disini Ver? Kok lo bisa tau ada photo shoot?"
"Gw denger di kantin kemaren. Kan kuping gw masih berfungsi dengan baik" jawab Oliver.
"Gak ada yang minta lo ke sini" tambah Timo.
"Suka-suka gw"
"Tapi ini rumah gw. Lo mau apa sih di sini?" kataku.
"Mau bantuin lo"
"Gw gak butuh bantuan lo" sanggahku. Padahal di ruang tamu terlihat jelas kalau peralatanku berantakan di mana-mana. Sama sekali gak profesional.
"Udah keliatan kalo lo butuh kok" dia menjawab sambil mengambil semua benda yang berada di tanganku yang memang dari tadi sudah kuusahakan sekuat tenaga untuk tidak terjatuh.
"Terserah deh"
Aku langsung men-set peralatanku yang lainnya dan memulai pemotretan kembali. Tapi Oliver selalu berkomentar seperti "itu anglenya gak bener" atau "lightning nya salah" atau "jangan pake mode yang itu"
"Ah berisik banget sih. Nih lo aja deh yang foto" kata ku sebal.
"Ya udah sini" jawabnya santai.
Dia langsung mengambil alih. Ternyata dia gak asal komen. Dia tau apa yang bagus dan enggak. Dia tau gimana nata angle, lightning, sampe model. Tapi gak sampai di situ aja. Kritik Oliver masih terus berlanjut.
"Tim, jangan gitu. Lo keliatan jelek klo lo kayak gitu. Fra juga, lo keliatan gendut"
"Heh! Seenak hati ya lo. Gw gak pernah jelek ya. Kalo dasarnya emang cakep digimanain juga gak bisa jelek" sembur Timo
"Ih! Lo tau gak sih kalo cewe itu sensitif kalo urusan badan" tambah Fra.
Memang kayaknya Oliver rada sakit mata deh kayaknya. Soalnya menurutku Timo dan Fra fine-fine aja. Atau mungkin pendapatku yang "amatir" beda sama Oliver yang gayanya seperti "profesional".
"Ah gw cape ah" kata Fra.
"Gw juga. Apalagi si Oliver banyak ngomong. Nih coba aja lo yang jadi modelnya. Apa bisa? Udah capek gw pose dari tadi" susul Timo.
"Ya udah. Siapa takut. Nih lo yang motret" jawab Oliver sambil menyerahkan kamera ke Timo.
Oliver mulai berpose. Dan sekali lagi dia gak cuma asal njeblak doang. He can modelling. Entah dia belajar dari mana tapi semua foto yang dihasilkan menampilkan pose yang memang bermutu dan membuat Timo diam gak berkomentar sedikitpun. Tapi tetep ada aja maunya si Oliver.
"Gw butuh model cewe" katanya.
"Fra tuh sana gih" kataku.
"Oh tidak bisa. Gw gak mau. Capek banget Giu sumpah deh" jawab Fra "lo aja sana gih"
Tanpa menunggu respon dariku Oliver sudah menarikku ke set dan Timo sudah mulai menjeprat-jepret.
"Gw gak ngerti" jawabku.
"Ikutin gw aja" kata Oliver sambil menuntunku.
Kami berdua seperti terbawa suasana. Sesi pemotretan seperti berlalu hanya dalam sekejap mata. Mungkin kami tidak akan sadar kalo Timo gak meneriaki kami.
"WOY! Udah! Udah selesai"
"Oh udah ya? Sini kameranya" kataku walau dengan sedikit salting yang entah kenapa bisa timbul.
"Gak usah" kata Timo yang langsung menarik kameraku sebelum tanganku meraihnya "biar gw aja. Nanti gw cuciin fotonya terus gw bikinin portfolionya plus gw kimpulin ke Daniel. Dia ketua fotografi kan?"
"Iya. Tapi kok lo baik banget sih mau nyelesain tugas gw?"
"Itu memang udah tugas gw sebagai sepupu yang baik" kata Timo dengan senyum jail yang biasanya dipake kalo mau ngerjain temennya.
"Judulnya apaan nih?" tanya Fra.
"Under my spell aja. Jadi kesannya kayak Fra is under Timo's spell" kata Oliver yang padahal gak ada yang nanya ke dia.
"Under MY spell" kata Timo "okay. Besok udah pasti sampe di tangan Daniel. Tenang aja"
"Giu, gw pulang dulu ya. Udah malem nih. Susah cari taxi" potong Fra
"Okay. Biar Timo yang nganter. Daripada lo pulang sendirian. Naik taxi malem-malem. Nanti kenapa-kenapa. Gw yang merasa bersalah. Ya kan Tim?"
"Hmm" jawabnya singkat. Dan kemudian mereka berlalu menuju mobil Timo.
Sementara aku ditinggal berdua dengan Oliver. Sementara aku membereskan barang-barang ia turut membantu tanpa harus disuruh. Kayaknya dia sadar diri kalo dia memang harus bantu-bantu karena dia udah datang tanpa diundang. Dia membantu tanpa mengeluarkan sepatah katapun seperti bisa membaca pikiranku yang memang masih gak mood buat ngomong sama dia berduaan. Dia membantuku membawa barang-barang ke ruang tamu.
"Giu, gw pulang dulu ya. Thanks udah ngizinin gw bantuin lo" katanya sebelum pulang.
"Terserah" jawabku singkat.
Oliver langsung pulang.

2 hari kemudian. Ekskul fotografi membahas tentang portfolio yang sudah dikumpulkan semua anak. Dan Kak Edo bersama Daniel memilih 3 portfolio yang paling bagus dan dari portfolio yang paling bagus akan dipilih 1 foto yang paling berkesan untuk dipajang di sekolah sebagai pertanda ekskul fotografi.
"Dan portfolio yang paling bagus punyanya jeng jeng jeng..." kata Daniel yang sok misterius banget padahal gak ngaruh "GIU!"
"Hah?" kataku shock. Semua mata menuju ke arahku "salah kali lo"
"Bener. Dan foto yang paling bagus tuh yang ini nih" telunjuk Daniel menunjuk pada fotoku dan Oliver di mana aku duduk di bangku taman sementara Oliver berdiri di sebelah kanan. Kami bertatapan di bawah sinar bulan. Oliver saw me with an adoration.
"Fotonya sih cliché banget tapi ada sesuatu di situ. Dan chemistry nya bagus banget" tambah Daniel.
Aku tak dapat mengeluarkan sepatah katapun. Kukira yang ada di dalam sana adalah foto Timo dan Fra yang kuambil dengan susah payah sangat. Ternyata si Timo ada udang di balik batu. Dan parahnya lagi foto itu akan dipajang di sekolah. OH NO!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar